Welcome to my Blog

el-el

Kamis, 23 Januari 2014

LAPORAN
PRATIKUM FARMASI FISIK I

Materi :  Sifat Koligatif
Dosen Pengampu : Matias Nataniel K., S. Farm., Apt

Oleh:
Elsyadha Wahyu Putri Zendrato      (19134015A)
Kelompok : J.27


Tanggal Praktikum: 9 Oktober 2013

Program Studi S-1  Farmasi
Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi
2013
       I.            Judul Percobaan          :  Sifat Koligatif

    II.            Tujuan Percobaan        : -     Memahami sifat koligatif larutan
-          Menentukan kenaikan titik didih suatu pelarut sebagai salah satu sifat koligatif

 III.            Dasar Teori
          Kata koligatif berarti dikumpulkan bersama-sama dan menunjukkan pada sekumpulan sifat-sifat umum yang dimiliki larutan encer. Sifat Koligatif adalah sifat larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya. Penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, tekanan osmosis dan kenaikan titik didih merupakan sifat-sifat koligatif larutan. (Dewi Ekowati, 2013)
          Titik didih adalah temperatur di mana tekanan uap cairan menjadi sama dengan tekanan luar, yaitu 760 mmHg. Titik didih larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak menguap adalah lebih tinggi daripada pelarut murninya dengan melihat kenyataan bahwa zat terlarut menurunkan tekanan uap pelarut.  Seperti terlihat dalam kurva di bawah ini:                                              (Dewi Ekowati, 2013)











(Dewi Ekowati, 2013)


            Kurva tekanan uap larutan terletak di bawah pelarut murni dan temperatur larutan harus dinaikan pada temperatur di atas temperatur pelarut murni dengan maksud untuk mencapai titik didih normal. Kenaikan titik didih terlihat pada gambar sebagai persamaan T-To = ΔTb. Perbandingan kenaikan titik didih ΔTb terhadap penurunan tekanan uap Δp = po – p, pada 100°C kira-kira konstan pada temperatur ini dan ditulis sebagai:
   ............. (1)
(Dewi Ekowati, 2013)
            Karena po konstan kenaikan titik didih dapat dianggap sebanding dengan Δp/po, yaitu penurunan tekanan uap relatif. Menurut hukum Raoult penurunan tekanan uap relatif sama dengan fraksi mol zat terlarut sehingga
ΔTb = k. X2 ................. (2)
(Dewi Ekowati, 2013)
            Karena kenaikan titik didih hanya bergantung pada fraksi mol zat terlarut maka ini adalah sifat koligatif. Dalam kondisi encer X2 kira-kira sama dengan m/(1000/M1) sehingga persamaan (2) dapat ditulis:

(Dewi Ekowati, 2013)
Di mana  = kenaikan titik didih, Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (tetapan ebulioskopi), m = molalitas zat terlarut, WA = massa pelarut (gram), WB = massa zat terlarut (gram) dan BMB = berat molekul zat terlarut. (Dewi Ekowati, 2013)
            Kalau dibuat grafik titik didih sebagai fungsi dari berat zat yang dilarutkan akan didapatkan suatu garis lurus dan gradien sehingga ΔTb / WB dapat diketahui
(Dewi Ekowati, 2013)
                        Harga Kb dapat diketahui jika massa molar dari zat terlarut diketahui. Jadi dari penentuan titik didih pelarut murni dan kenaikan titik didih larutan yang diketahui konsentrasinya, dapatlah ditentukan berat molekul dari zat terlarut dengan menggunakan persamaan:
            (Dewi Ekowati, 2013)
                        Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit. (Ratna, 2009)
Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000 gram) pelarut. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut 
(Imam Rahayu, 2009)
Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang semua komponen larutannya dinyatakan berdasarkan mol. Fraksi mol komponen  , dilambangkan dengan  adalah jumlah mol komponen  dibagi dengan jumlah mol semua komponen dalam larutan Fraksi mol   adalah   dan seterusnya. Jumlah fraksi mol dari semua komponen adalah 1. Persamaannya dapat ditulis dengan:
(Imam Rahayu, 2009)
 IV.            Alat
1. Labu alas bulat berleher dua
2. Kondensor Liebigh
3. Termometer
4. Erlenmeyer (100 ml)
5. Neraca elektrik
6. Gelas ukur 100 ml
7. Batu didih
8. Corong glass
9. Klem dan statif
10.  Waterbath
11.  Alumunium foil
12.  Alat pres pelet


    V.            Bahan
1. Kloroform
2. Naftalena



 VI.            Cara Kerja
1.      Alat dirangkai terdiri dari labu alas bulat berleher dua, kondensor dan termometer.
2.      Dimasukkan kloroform sebanyak kira-kira 50 ml ke dalam Erlenmeyer bertutup alumunium foil kemudian ditimbang dengan teliti.
3.      Kloroform dituang ke dalam labu alas bulat dan dimasukkan 2-3 butir batu didih.
4.      Erlenmeyer ditimbang kembali beserta tutupnya sehingga diketahui berat kloroform.
5.      Pelarut dididihkan dengan hati-hati hingga tercapai titik didihnya (pelarut akan stabil mendidih setelah ± 10 menit).
6.      Jika titik didih sudah tercapai baca suhunya pada termometer setiap 2 menit.
7.      Ditimbang 8 buah naftalena dengan berat masing-masing ± 0,5 gram, buat pelet dengan alat pres lalu ditimbang dengan seksama berat tiap pelet (± 0,002 gram).
8.      Hubungan labu alas bulat dengan kondensor dilepaskan secara cepat, dimasukkan satu pelet naftalena ke dalam labu dan kondensor ditutup kembali, pembacaan suhu diteruskan, suhu dicatat setelah 2 kali pembacaan nilainya tetap.
9.      Langkah ke 7-8 diulangi sampai kedelapan pelet terlarutkan.
10.  Dibuat grafik hubungan antara titik didih dengan berat naftalena yang ditambahkan.
11.  Jika yang dicari adalah berat molekul zat X, diulangi langkah 1 sampai 10 dengan pelarut murni dan zat yang tidak diketahui berat molekulnya.




VII.            Hasil Praktikum

Data Percobaan
Nama Sampel
Suhu (°C)
Suhu Rata-rata (°C)
Berat Naftalena (gram)
Kloroform
1.   62
2.   62
62

Pelet 1
1.   63
2.   63
63
0,87
Pelet 2
1.   64
2.   64
64
0,81
Pelet 3
1.   65
2.   65
65
0,83
Pelet 4
1.   65
2.   65
65
0,82
Pelet 5
1.   67
2.   67
67
0,81
Pelet 6
1.   67
2.   67
67
0,85
Pelet 7
1.   67
2.   67
67
0,86
Pelet 8
1.   67
2.   67
67
0,84


Perhitungan

Berat Erlenmeyer + Kloroform + tutup          = 136,84   gram
Berat Erlenmeyer + tutup                                =   62,40   gram
Berat Kloroform                                              =   74,44   gram


Molalitas Kloroform

ΔTb   = suhu larutan – suhu pelarut


ΔTb1 = 63°C - 62°C
         = 1°C
ΔTb2 = 64°C - 62°C
         = 2°C
ΔTb3 = 65°C - 62°C
         = 3°C
ΔTb4 = 67°C - 62°C
         = 5°C
ΔTb5 = 67°C - 62°C
         = 5°C
ΔTb6 = 67°C - 62°C
         = 5°C
ΔTb7 = 67°C - 62°C
         = 5°C
ΔTb8 = 67°C - 62°C
         =5°C






Grafik Hubungan antara Massa Naftalena dengan Suhu
Suhu (°C)
 

Massa naftalena (g)


Grafik Hubungan antara Kb dengan Massa Naftalena

Kb
 

Massa naftalena (g)




VIII.            Pembahasan


         Percobaan ini dilakukan untuk mengamati perubahan titik didih larutan. Titik didih merupakan salah satu sifat koligatif. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa semakin bertambahnya massa zat terlarut yang dicampurkan dalam larutan, maka titik didihnya semakin bertambah hingga mencapai titik didih tertinggi, kemudian stabil.

         Seiring dengan pertambahan massa naftalena yang dimasukkan dalam kloroform, terjadi pertambahan nilai molalitas. Sementara hubungan K dengan massa naftalena adalah semakin bertambahnya massa naftalena, terjadi sedikit kenaikan nilai Kb kemudian terjadi sedikit penurunan nilai Kb yang jika dirata-ratakan menghasilkan nilai yang stabil, yaitu 10,55 di mana memiliki selisih yang tidak jauh dengan masing-masing nilai Kb.

         Kendala yang saya bersama kelompok peroleh adalah saat menunggu kloroform mendidih membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan kelompok lain, sehingga pada waktu kami mengamati perubahan titik didih dan melakukan perhitungan memerlukan waktu yang relatif lebih lama daripada kelompok lain. Kemungkinan penyebabnya adalah air panas yang berada di luar kloroform suhunya sudah menurun atau kemampuan menyala pembakar spiritus yang kami gunakan kurang besar sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk membuat kloroform mendidih.






 IX.            Kesimpulan
         Melalui percobaan ini, saya dapat memahami sifat koligatif larutan dan dapat menentukan kenaikan titik didih suatu larutan sebagai salah satu sifat koligatif.
         Adapun nilai molalitas kloroform dan nilai Kb yaitu sebagai berikut:


         m kloroform1 = 0,09
         m kloroform2 = 0,18
         m kloroform3 = 0,26
         m kloroform4 = 0,35
         m kloroform5 = 0,43
         m kloroform6 = 0,52
         m kloroform7 = 0,61
         m kloroform8 = 0,70


        


         Kb 1 = 10,97
         Kb 2 = 11,36
         Kb 3 = 11,40
         Kb 4 = 14,33
         Kb 5 = 11,52
         Kb 6 =   9,56
         Kb 7 =   8,16
         Kb 8 =   7,13



















    X.            Daftar Pustaka

Ekowati, Dewi. (2013). Petunjuk Praktikum Farmasi Fisik I. Surakarta: Universitas Setia Budi.
Martin A. N, Suarbick, J., dan Cammarata, J. (1990). Farmasi Fisika: Dasar-dasar  Farmasi Fisika dalam Ilmu Farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita, edisi III,  jilid 1, Jakarta: Penerbit UI, 8-309-318, 454-495, 559-687.
Martin A. N, Suarbick, J., dan Cammarata, J. (1990). Farmasi Fisika: Dasar-dasar Farmasi Fisika dalam Ilmu Farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita, edisi III,  jilid 2, Jakarta: Penerbit UI, 724-817.
Tony, Bird. (1987). Penuntun Praktikum Kimia Fisik untuk Univesitas. Jakarta:   PT. Gramedia, 55-58.

Rahayu, Imam. (2009). Praktis Belajar Kimia IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan  Departemen Pendidikan Nasional.

Voight, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Noerono Soewandhi dan Widianto, Edisi V Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 95-96.
www.cakra-paeway-nf.blogspot.com/molalitasdanfraksimol
www.chem-is-try.org